Senin, 21 Juli 2008

Kritik untuk Buku Saya: Mohon Tanggapannya!!!























(TULISAN INI PERLU KITA TANGGAPI, PERLU KITA RENUNGKAN!!!, MOHON TANGGAPANNYA...)!!!

Revolusi Tibet: Fakta, Intrik,
dan Politik Kepentingan Tibet - China - Amerika Serikat

Oleh: Santi Ratana

http://santiratana.multiply.com/reviews/item/1

Apa jadinya bila sebuah studi dikerjakan dengan semangat “kejar tayang” a la sinetron? Nurani Soyomukti tentu tahu jawabannya. Sebab dengan semangat seperti inilah bukunya ditulis dan kemudian diterbitkan. Terkesan serba-kesusu, demi mengejar aktualitas – pergolakan di Tibet (10 Maret 2008) dan Olimpiade Beijing (Agustus 2008), buku ini bagaikan bayi yang lahir prematur. Kesan serba-instan tersebut juga tampak pada referensi yang seadanya.

Hanya empat buah buku tentang Tibet yang digunakan sebagai acuan; sisanya adalah beberapa buku politik dan media. Referensi yang paling berlimpah tentu saja dari dokumen-dokumen online. Bagi seorang penulis “kejar tayang”, ini menjadi jalan pintas paling gampang.

Judulnya yang bombastik sungguh tidak sesuai dengan isi buku yang kerempeng. Bahkan pembaca pun nyaris tidak dapat menemukan hubungan antara judul dan isi bab demi bab. Bab 1 berupa ringkasan berita-berita di media cetak dan online tentang pergolakan Tibet beberapa bulan lalu; Bab 2 meringkas sejarah Tibet (hanya) dalam 16 halaman; Bab 3 tentang Tibet di bawah pendudukan RRC; Bab 4 tentang riwayat hidup singkat para Dalai Lama, sejak yang pertama hingga yang terakhir (Tenzin Gyatso, Dalai Lama XIV). Barulah pada bagian terakhir, Bab 5, penulis masuk ke dalam pokok bahasannya, yaitu tentang intervensi Amerika Serikat dalam konflik Tibet-RRC. Apakah judul yang “heroik” tersebut cuma bagian dari strategi pemasaran alias komodifikasi pengetahuan?

Yang membuat sakit hati saya adalah pernyataan-pernyataan Nurani Soyomukti yang terlalu tendensius, terutama bila menyangkut Dalai lama. Coba simak pernyataan-pernyataannya ini (hlm. 22-23).
• "(...), Dalai Lama dan elite ekonomi-politik Tibet lainnya yang bersembunyi di balik jubah kerahiban, (...)".
• "Atau jangan-jangan Dalai Lama juga merupakan sosok yang menikmati konflik ini, sementara tak sedikit rakyat Tibet yang dikorbankan".
• "Siapa yang membangun Istana Potala di pusat kota Lhasa yang sekarang ini banyak dikunjungi para turis mancanegara, di mana Dalai Lama menikmati kucuran dana darinya?"

... Cukup tiga saja! Kalimat-kalimat yang tiada beda dari fitnah ini telah dituliskan oleh seorang yang ironisnya bernama Nurani. Semoga Anda semakin makmur (soyo mukti) lewat buku ini.


Tidak ada komentar: